Kami sedang menunggu buku ketujuh kami tentang "Mbah Mutamakin"

Kamis, 20 Oktober 2011

Epilog Soekarno pada buku TAN MALAKA

EPILOG, oleh Soekarno, Presiden I RI, dan Proklamator RI.
Protes Pribadi dan Pujian atas Tan Malaka

Tan Malaka merupakan sosok cerdas. Salah satu putera bangsa yang memiliki ide dan pandangan yang luas. Dalam dunia internasional dia juga punya pergaulan yang luas. Dia itu merupakan sosok yang progresif. Dia maju, sebelum kita memikirkan sesuatu, ia telah melakukannya terlebih dulu.
Tan malaka itu member warna lain dalam perjuangan kemerdekaan. Dia memilih jalan yang orang lain tidak mengetahui jalan yang dipilihnya. Jalan yang ditenpuh Tan Malaka adalah jalan yang substansial menyangkut inti pada berdirinya sebuah Negara. Memang jalan yang dipilihnya itu berbeda dengan jalan yang dipilih oleh pejuang lainnya, termasuk Saya dan hatta. Karena definisinya berbeda. Negara oleh Tan Malaka dimaknai sebagai sebuah pola atau suatu corak peradaban. Polanya abstrak, tidak konkrit. Ia ingin membantuk dari keabstrakannya itu. Dari alam idea. Sedangkan saya membangun Negara dari fisik, ada bukti-bukti nyata. Karena menurut saya Negara itu kumpulan masyarakat yang memiliki satu kesatuan dan satu tujuan yang memiliki tempat yang sama, kultur yang sama, dan jiwa yang bersatu. Pandangan saya ini sejalan dengan pandangan Hatta.
Tan Malaka menanamkan nilai-nilai demokrasi, pendidikan politik pada warga Negara melalui Murba dan melalui gebrakan-gebrakan pemikirannya. Pemikiran Tan Malaka ini memang pada awalnya saya pandang sebagai pemikiran yang bisa bersimpangan dengan Pancasila. Namun kalau dicermati dengan seksama pemikirannya itu akan menjadi dasar dari Pancasila yang sejati. Pada pemahaman yang selintas pemikiran tan Malaka itu bertabrakan dengan Pancasila. Karena memang ada pemikiran yang radikal dank eras, dan cenderung destruktif di awal. Tetapi, sebenarnya memang itu yang kita butuhkan untuk hidup dalam kebangsaan. Karena memang sistem yang ditinggalkan penjajah itu harus dihansurkan. Harus ada destruksi agar bisa kita bangun dengan pemikiran kita sendiri. Nah, pemikiran yang bisa mendestruksi kolonialis itu adalah pemikiran tan Malaka.
Tetapi, ketika pemikiran Tan Malaka itu kita terapkan pada saat awal kemerdekaan, itu akan mematahkan semangat dan mental masyarakat Indonesia. Karena apa, ketika dipelajari, efek yang ditimbulkan pertama kali adalah hilangnya pegangan, limbung, dan kehilangan diri sendiri. Tahapan berikutnya, pemikiran pihak yang mempelajari akan berseberangan dengan Negara. Dia akan cenderung, ini sebagai resikonya, akan kehilangan nasionalisme secara sementara. Efek yang terakhir, setelah efek satu dan dua itu diurasakan, seseorang itu akan terjatuh kedalam ideology yang nyaman yang sesuai dan sejalan dan konstruktif terhadap lingkungan dan Negara pada saat itu. Di situ ia akan mendapatkan inspirasi dan kreatifitas dari kejatuhannya pada efek satu dan dua. Memang tidak disarankan untuk dipelajari oleh orang-orang awam. Tetapi pemikiran Tan Malaka ini wajib dipelajari oleh orang-orang yang memiliki intelektualitas dan bersedia untuk membangun bangsa ini dari awal.

Jumat, 14 Oktober 2011

Proses Terjadinya Gempa Bali

Gempa yang ada di Indonesia, selain gempa vulkanologi, kebanyakan terjadi akibat pergeseran patahan (cesar). Namun, untuk gempa Bali ini tidak terjadi demikian. Gempa yang menyebabkan Bali dan sekitarnya ini berguncang adalah dari runtuhnya kerak bumi di atas patahan di selatan Bali. Kerak bumi yang runtuh ini masih bersifat cair (kurang padat). Reruntuhannya itu masuk ke dalam kerak bumi, dan energi yang dihasilkan menyebabkan getaran yang kemudian menimbulkan gempa tersebut. Sehingga, gempa tersebut tidak berdampak pada pergeseran lempeng. Jadi, bisa dikatakan sebagai gempa lokal atau soliter.

Adanya gempa yang penyebabnya tergolong tidak biasa ini, seharusnya memberikan pelajaran kepada kita bahwa bencana bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Begitu pula, ketika dikaitkan dengan sudut pandang teologi, bahwa semua kejadian adalah tidak lepas dari kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa, dan mungkin itu merupakan bentuk peringatan akan tingkah laku kita selama ini, maka sudah sepatutnya bagi kita untuk senantiasa mulai sadar dan berintrospeksi diri, serta senantiasa mematuhi apa yang diinginkan oleh Tuhan.

Tentu saja...laa haula wa laa quwwata illa bilahil aliyyil adzim...wallahu 'alam bishshowab.

Jumat, 01 Juli 2011

Renungan Pondok Pangelmon: Aku Bertanya Bapak Menjawab

Renungan Pondok Pangelmon: Aku Bertanya Bapak Menjawab
oleh Argawi Kandito pada 26 Juni 2011 jam 10:53

Apa sebenarnya arti kehidupan?

Kehidupan itu bisa diartikan banyak hal, mulai dari pengertian yang sederhana hingga rumit. Dalam pengertian sederhana: segala kegiatan yang dilakukan suatu obyek selama ia masih punya energi untuk melakukannya. Kalau sudah tidak punya energi itu artinya sudah tidak hidup.

Kehidupan dalam pengertian yang rumit: satu tahapan dimana suatu obyek itu berkembang dari nol menjadi tak terhingga. Di dalamnya itu ada bermacam kejadian yang dialami obyek tersebut. Mulai dari goncangan, hambatan, percepatan. Itulah kehidupan dalam arti yang komplek.

Di dalam setiap fase proses kehidupan itu sendiri ada fase-fase minor. Yang di dalam manusia itu adalah proses pendewasaan. Dari suatu kejadian manusia belajar untuk tegar, sabar, menghargai, dan sebagainya.



Orientasi hidup yang baik itu bagaimana?

Supaya lebih jelas, kita harus melihatnya juga dengan perspektif takdir. Takdir itu lintasan dari kehidupan itu sendiri. Orientasi sendiri itu menunjukkan di dalam melewati takdir itu, yang didalamnya memungkinkan adanya tikungan, jalan liku, jalan lurus, dan sebagainya. Langkah melewati takdir itu adalah orientasi. Orientasi itu berarti tujuan.



Orientasi itu melawan takdir nggak?

Tidak, tidak melawan takdir. Tepatnya, orientasi itu berbeda dengan takdir. Ibaratnya bumi yang melintasi matahari, Matahari itu punya titik jauh dan dekat dengan bumi. Lintasan bumi itulah takdir. Ingin melewati titik jauh atau titik dekat itulah orientasi. Proses mengelilingi matahari itu adalah orientasi. Berpusat pada poros yang sama itu matahari. Sedangkan lintasan bumi itu adalah takdir.



Mungkin nggak orientasi itu melawan takdir?

Sebenarnya orientasi tidak ada hubungan dengan takdir. Orientasi kehidupan itu merupakan cara pandang dalam melewati lintasan kehidupan. Harus dilakukan seperti apa? bagaimana caranya? itulah orientasi. Orientasi itu cara pandang. Orientasi itu cara pandang pribadi, dan takdir itu ketetapan.

Contohnya: Ketika bumi itu berorientasi kepada matahari, maka ia berputar mengelilingi matahari, tetapi kalau bumi tidak berorientasi pada matahari, maka dia tidak akan berputar mengelilingi matahari. Tetapi memang sudah tersedia jalannya bagi bumi itu untuk bisa mengelilingi matahari. Meskipun begitu, Kalau orientasinya bumi tidak kesitu, ya bumi tidak akan berjalan melintasi jalan itu. Tegasnya: Takdir itu potensi. Orientasi itu kerjanya, perspektifnya, untuk mewujudkan potensi. Kalau seseorang itu tidak beraksi, maka hanya mendapatkan takdir yang sedikit, setitik itu. Itulah yang saya katakan sebagai tidak ada hubungannya, atau ketidaksinkronan antara takdir dan orientasi tadi.

Orientasi itu menentukan pilihan. Hasil dari orientasi itu itu sendiri menentukan cara-cara. Cara-cara itu menentukan ilmu. Dengan demikian, orientasi itu terkait dengan ilmu. Artinya, orientasi ini yang akan berkaitan dengan suatu jenis rejeki dalam kehidupan.

Rejeki sendiri ini bermacam-macam tipe. Tipe pertama, Ada rejeki yang sesuai takdir, sudah given. Ini contohnya rejeki yang membuat manusia itu hidup. Semua manusia mendapatkan rejeki jenis ini. Tipe kedua, rejeki yang bersifat bonus (rejeki yang datangnya tidak disangka-sangka, disebut rejeki nomplok). Rejeki ini sebagai bentuk tambahan dari rejeki yang pertama yang datangnya pemberian Tuhan yang tidak terkait dengan upaya. Tipe ketiga, adalah rejeki yang bisa diunduh dengan ilmu. Nah, untuk meraih rejeki yang ketiga ini ilmu harus digunakan melalui kerja. Artinya, rejeki ini diperoleh melalui suatu upaya. Maka, siapa yang kerja dengan cara yang cerdas, giat, sungguh-sungguh akan mendapatkan. Kalau kita diperintahkan untuk mencari rejeki, maksudnya adalah rejeki yang kettiga ini. Sangat memungkinkan, kita berupa untuk mendapatken rejeki yang ketiga ini, lalu tuhan memberikan bonus untuk rejeki yang kedua tadi.



Jadi kalau begitu, berarti kemiskinan itu sendiri takdir nggak?

Kemiskinan itu ada beberapa jenis, tergantung pada sebab kemiskinan itu sendiri. Pertama, ada orang yang punya ilmu, punya kemampuan tapi hidupnya kekurangan, itu berarti orientasinya lemah. Kedua, orang yang punya ilmu tetapi tidak punya kemampuan, itu berarti tahu dan punya orientasi, tetapi tidak punya daya gerak. Ketiga, orang yang tidak punya ilmu, tidak punya kemampuan, punyanya hanya orientasi, itu sama saja dengan pergerakan yang mandek, hanya punya angan-angan. Itu juga memiskinkan. Keempat, jika seseorang itu tidak punya semuanya. Inilah yang sangat memiskinkan. Artinya, kemiskinan itu bukan takdir, tetapi bisa jadi karena pemilihan orientasi, tidak punya ilmu, tidak punya kemampuan. Jika faktor-faktor itu diatasi, maka tidak ada kemiskinan. Sebenarnya Tuhan itu tidak menciptakan orang untuk miskin. Sudah dibekali semua. Tetapi bagaimana cara menggunakan bekalnya itulah yang menjadi problem. Tuhan kan maha pemurah maha penyayang. Tidak mungkin menciptakan makhluknya dalam kemiskinan. Kemiskinan itu faktor manusiawi, bukan ilahiah.

Nah, agar supaya tidak miskin ya harus mendayakan semuanya itu.



Bagaimana dengan yang miskin terstruktur?

Tentang kemiskinan yang terstruktur, juga bisa dijelaskan dengan penjelasan di atas. Orang-orang yang berada pada kemiskinan yang terstruktur bisa jadi karena tidak mampu mengatasi faktor-faktor penyebab kemiskinan tadi. Gagal dalam memberdayakan ilmu, kemampuan, dan orientasi. Maka untuk mengatasinya, ya orientasinya ditata, ada upaya pengasahan ilmu dan kemampuan kemampuan, serta melakukan kerja secara aktif. Nah, ini yang perlu dicermati. Jangan sampai seseorang karena ketidakmampuannya itu lantas berfikir ini adalah takdir. Kalau sudah berfikir seperti itu maka akibatnya akan fatal. Kalau itu terjadi, maka mereka penganut fatalism.



Siapa yang perlu dipersalahkan dalam hal kemiskinan?

Tidak ada yang bisa disalahkan dari kemiskinan itu. Itu kondisional. Artinya diri sendiri, pemerintah, itu belum tentu salah. Tetapi bisa saja salah. Yang terpenting adalah mengurai faktor-faktor penyebab kemiskinan tadi. Artinya, semua dari mereka itu bisa secara bersama-sama mengatasi kemiskinan tersebut.

Selasa, 21 Juni 2011

Dialog Dengan Gus Dur Tentang Ruyati yang Dihukum Pancung

Dialog dengan Gus Dur tentang Ruyati
Gus, baru saja TKW kita mati dihukum Pancung Arab Saudi. Apa komentar anda?
Itu menunjukkan kemunduran dan kegagalan pemerintah kita.
Letak kemunduran dan kegagalannya dimana Gus?
Pemeritah itu kan wajib melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah. Amanat undang-undang dasar Ini harus dipedomani dimana saja. Termasuk di luar negeri. Apalagi TKI itu kan bekerja di sana, menghasilkan devisa, yang tujuannya menyejahterakan ekonomi. Itu kan terjadi demi mengatasi kemiskinan. Kita wajib melindungi mereka.
Kejadian seperti ini kan pernah terjadi juga di jaman dulu to Gus?
Memang. Memang ada sejak dulu. Tapi alangkah baiknya jika kebodohan lama itu tidak diulangi lagi saat ini. Biarlah yang dulu itu menjadi dosa pemimpin yang lalu. Bukan kok malah dosa itu ditiru.
Inikan masalah qisas Gus? Apakah bisa dibatalkan?
Ya..qisas ataupun apalah…Prinsipnya, setiap Negara itu harus menghormati Negara lain. Ini berarti ada ruang untuk dinegosiasikan. Ada negosisasi yang bisa dilakukan.
Dalam kacamata HAM, Arab itu sangat lemah. Ya karena pemberlakuan qisasnya itu.. Tetapi dalam kacamata agama dengan kultur Arabnya itu nggak apa-apa.. Meskipun dalam kepatutan internasional dan PBB itu tidak layak. Kalau ditelusuri dengan seksama, justru kita seharusnya dapat penghormatan dari mereka.
Kenapa?
Karena kita ini sama-sama anggota PBB. Masyarakat internasional. Harus saling melindungi. Selain itu, kita sudah banyak menyumbang hal-hal positif terhadap Arab. Kita setiap tahun mengirimkan devisa melalui haji, tenaga kerja, yang akhirnya memutar perekonomian mereka lebih cepat. Mereka juga menanamkan ideologinya ke kita. Kita memang dapat keuntungan dari itu, tetapi keuntungan mereka lebih besar. Maka tidak ada alasan mereka menolak negosiasi dengan kita.
Nyatanya begitu?
Ya itu tadi. Karena kekeliruan kita mengambil jalan. Jangan dianggap hilangnya satu nyawa itu selesai. Traumanya para TKI kan masih ada. Coba kalau mereka lalu nggak mau kerja lagi dan kembali ke Indonesia semua. Apa nggak menimbulkan masalah baru?
Negosiasi seperti apa yang harus ditekankan?
Negosiasi tentang bagaimana kita harus melindungi warga Negara kita. Memang kita tidak bisa mengintervensi Negara mereka. Dalam hubungan internasional kita tidak boleh intervensi. Tetapi kita berhak untuk melindungi dan mengurusi warga Negara kita yang bermasalah di negeri lain. Itu Bisa dinegosiasikan. Sebenarnya hukum qisas itu tidak hanya tergantung pada keluarga yang memaafkan. Ada sisi lain yang bisa dinegosiasikan, seperti diat dan sebagainya. Sebenarnya diat itu Itu kan wujud dari bisa dinegosiasikan.
Bagaimana kalau keluarga korban bersikeras tidak memaafkan?
Mereka itu sebenarnya meminta penjaminan sebagai wujud ditegakkannya keadilan. Pernjaminan ini bisa dari Negara atau dari apapun. Raja mereka bisa menjamin itu. Maka kita bisa meminta Raja mereka untuk menjamin. Kenapa raja bisa begitu? Karena Raja punya hak untuk mendekati rakyatnya. Ini peluang.
Apakah alasan itu yang anda gunakan untuk Zainab?
Ya seperti itu. Warga Negara itu komponen terpenting. Harus betul-betul kita perjuangkan. Dengan komunikasi yang baik dan sopan santun, mereka akan luluh.
Waktu anda berhasil meyakinkan, apakah karena hubungan pribadi apa hubungan Negara?
Memang saya kenal akrab dengan Raja Fahd secara pribadi. Tetapi selain itu, kita kan sudah berhubungan baik sejak lama dengan Arab. Maka mudah untuk melakukan negosiasi. Selain alasan pribadi ya alasan sesama kepala Negara. G to G. Andai saya tidak kenal juga tetap akan melakukan negosiasi seperti itu. Kita bisa menunjukkan keuntungan-keuntungan yang mereka dapatkan dari kita. Mereka kan juga punya nalar untuk itu. Mereka juga memedomani politik etis. Mereka ini Negara timur. Ada toleransi. Tetapi ini memang harus dilakukan dengan bahasa komunikasi yang baik.
Kalau sudah terjadi seperti ini?
Ya jangan diulangi lagi. Kalau diulangi..ya.. bodoh.
Kultur Arab itu seperti apa?
Pada dasarnya mereka sama dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Sama. Tetapi cenderungnya mereka akan menggunakan hukumnya sendiri. Bangsa Arab itu bukan tipe bangsa yang melihat keluar, atau melihat modernitas. Mereka terkadang tidak melihat pola-pola hubungan internasional. Kecenderungannya mereka berdiri diatas hukumnya sendiri. Tidak memperhatikan Negara lain, termasuk terhadap Negara yang telah memberikan jasa bagi mereka. Tetapi kalau kita ingatkan mereka dan kita dekati dengan kerjasama antar Negara, mereka mau. Kalau dilihat sepintas kulturnya memang keras, tetapi kalau kita dekati sangat lunak. Orang Arab itu sangat mudah kita bujuk. Dengan syarat pendekatannya bagus, mereka akan luluh. Tetapi dengan pendekatan keras, malah nggak akan jalan. Negara-negara Arab kebanyakan seperti itu. Lihat saja yang terjadi antara Lybia dengan NATO. NATO dengan pola keras, Khadafi tidak akan apresiatif. Kalau dilakukan dengan soft mungkin Khadafi rela mundur. Kuncinya komunikasi.
Kalau sudah terlanjur seperti ini Gus, menarik duta besar efektif apa nggak?
Salahnya Duta Besar apa? Duta itu tidak salah, yang salah ya presiden dan menteri-menteri yang terkait.
Kan Duta itu paling dekat keberadaannya dengan mereka?
Tapi untuk hubungan internasiona itu, paling rendah menteri. Bukan Duta.
Ini masih ada lagi Gus. TKW bernama Darsem ini juga mau dipancung jika tanggal 7 Juli tidak membayar Diat 4,7 M. ini bagaimana Gus?
Ya..Pemerintah harus menyelesaikan. Itu tanggung jawab pemerinah. Jangan sampai terhukum lagi.
Berarti harus bayar Diat ya Gus?
Kalau begitu saja sampai membayar Diat..ya Pemerintah bodoh. Wong kita ini banyak menguntungkan mereka kok. Harusnya ya lepas tanpa syarat. Nego saja tentang keuntungan yang kita sumbangkan bagi mereka. Pokoknya..jangan sampai Darsem dipancung. Dia harus dibebaskan.
Baik Gus. Terima kasih.

Kamis, 16 Juni 2011

Dialog dengan Bung Karno tentan Marheinisme

Marhaenisme
Dilansirnya ideologi Marhaenisme oleh Bung Karno dilatarbelakangi oleh keinginannya untuk menggerakkan massa, terutama massa akar rumput, karena ketika itu massa ini seakan statis, dan kurang responsip dengan keadaan kala itu. Massa seakan tidak tahu apa yang harus diperbuat demi nusa dan bangsanya. Tidak seperti massa priyayi, terutama yang telah berpendidikan, yang telah berkesadaran tinggi serta bergerak mandiri untuk melakukan perjuangan merubah keadaan, dengan tujuan kemerdekaan, dan kesejahteraan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Apa yang dirasakan Bung Karno ketika itu, dirasakan pula oleh pemimpin-pemimpin dan pemuka-pemuka masyarakat. Mereka sama-sama ingin bergerak bersama rakyat, berjuang untuk kemerdekaan, agar kehidupan bangsa meningkat menjadi sejahtera. Puncak perasaan itu tumbuh menguat tatkala ada momentum peringatan hari kebangkitan nasional dan peringatan sumpah pemuda. Dari perenungannya yang dalam untuk menemukan solusi menggerakkan massa rakyat bawah ini, maka Bung Karno akhirnya menemukan jawabannya, yaitu memunculkan ideologi Marhaenisme.
Istilah Marhaenisme ini sendiri diambil dari nama seseorang filosof Eropa Timur, yang bernama Max Marhaen. Pemikiran filosof ini meskipun tidak popular, namun mampu mengilhami lahirnya munculnya gerakan renaissance di Eropa, pada abad pertengahan. Kala itu, Negara-negara di Eropa, terutama Negara-negara yang berkembang, bangkit menuju pencerahan dengan berbasis pemikiran Marhaen itu.