Kami sedang menunggu buku ketujuh kami tentang "Mbah Mutamakin"

Kamis, 30 Juli 2009

Kisah Deneq Wirabangse

Deneq Wirabangse yang dikenal di Sasak-Lombok, berasal dari Jawa Timur. Ia bernama asli Danang Wirabangsa. Kepergiannya dari Jawa Timur hingga bermukim di Lombok, terkait dengan habisnya masa kejayaan Majapahit, sehubungan dengan peralihan menjadi Kerajaan Islam Demak Bintoro.
Wirabangse ini adalah seorang politisi sisa-sisa Majapahit. Ia mengelana dengan membawa bekal sebuah kitab politik yang dia sendiri tidak tahu siapa penulisnya. Berbekal kitab itu, Wirabangse mendakwahkan dari desa ke desa, menyusuri pantai utara jawa Timur hingga ke Bali melalui pantai utara, dan terakhir di Lombok.
Perjalanan Wirabangse dimulai sejak berusia 20 tahun. Sesampai di Bali, di Perkampungan Muslim yang terletak di pantai utara Bali, ia pernah singgah, dan kemudian mempelajari Islam denganSyeh Abdurrahman. Tetapi, ilmu keislamannya belum cukup matang. Umur 23 tahun ia mengembara ke pulau Lombok. Dia menemui suatu suku yang kala itu belum ada pemerintahan. Di sana ia mendakwahkan ajaran politik yang sumber referensi utamanya dari pengalaman dia dan dari buku yang dibawanya itu. Di lombok, ia bermukim di bagian timur kota Lombok. Dia menyebutnya sebagai kotaraja. Di sana ia mempunya murid yang setia, yaitu Deneng Sumawang. Orang ini yang meneruskan ajaran dari Wirabangse.
Meskipun menyebarkan ajaran politik, Wirabangse tidak mengaplikasikan politik. Dia sendiri tidak mewujudkannya menjadi institusi politik. Terbentuknya institusi politik di Lombok jauh setelah kehadiran Wirabangse, kira-kira 50 tahun kemudian.
Wirabangse diambil menantu oleh pengusaha Jawa Timur yang tinggal di pulau Lombok itu, dinikahkan dengan puterinya yang bernama Nyai Inten. Dari perkawinannya itu mempunyai satu anak yang bernama Surabangse. Sayangnya, keluarganya ditinggalnya mati pada usia 28 tahun.
Wirabangse sangat populer di lombok ketika itu, selain dari ajaran dan perilakunya, ia bisa menyatukan berbagai suku yang tinggal di Lombok yang terdiri dari suku Timor, Sasak, Bugis, Jawa, juga Madura. Ketokohan Wirabangse juga didukung oleh ciria pakaiannya yang lain dari orang-oang lain. Ia berpakaian rapi dengan ciri warna pakaiannya yang kuning dan ungu. Lengkap seperti pakaian adat Sasak saat ini.

Selasa, 21 Juli 2009

SUKU SASAK dan DENEQ WIRABANGSE

Tadi Malam, (Senin, 21 Juli 2009) Seseorang dari Lombok, mengaku bernama Hasan dan bersuku Sasak, bertanya kepadaku tentang legenda Suku Sasak yang mempunyai tokoh bernama Deneq Wirabangse. Ia menanyakan siapa sebenarnya Wirabangse ini. Karena, dalam ceritera tutur ada, namun referensi yang memadai tidak ditemukan. Sebagai anak muda Sasak, Bung Hasan ingin mengerti siapa sebenanya tokoh itu.
Anehnya, yang ditanyain justru saya, yang suku Jawa, dan usianya lebih muda....ada-ada saja Bung Hasan ini...he he he...
Alasan Bung Hasan bertanya dengan saya, karena ia membaca dan mengikuti ceritera yang saya lacak menggunakan metode spiritual, tentang Sejarah Babad Mataram, yang ceritera itu telah dituliskan oleh Bapak, bahkan sudah pernah dipentaskan dalam gelar Sendratari, dan Kethoprak, yang diselenggarakan oleh om Zastrouw dan Om Jadul. Itulah yang menjadi pertimbangan Bung Hasan Bertanya...
Bung Hasan....
dari penginderaanku, suku Sasak itu terbentuk sekitar tahun 956. Awalnya adalah komuni dari Bugis yang berlayar hingga mencapai Lombok. Di Sana mereka kemudian bertempat tinggal. Dalam perjalanan sejarahnya, mereka ini kemudian berasimilasi dengan orang suku Timor. Perbauran nitu kemudian menghasilkan suku Sasak (yang kita kenal sekarang ini). Sasak sendiri pada waktu itu merupakan daerah Kadipaten, yang berafiliasi dengan pemerintahan Raja Bali. Sasak tidak memiliki keunggulan yang signifikan. Ia merupakan daerah yang tergolong tandus, daerahnya ditumbuhi ilalang. aka daerah itu disebut dengan Sasak, yang artinya Ilalang.
Perihal Deneq Wirabangse, beliau ini aslinya berasal dari Jawa Timur, yang sedang melanglang buana. Di Sasak, beliau kemudian berbaur dan diterima dengan baik oleh komunitas itu, sehingga nama dan kebaikannya menjadi sangat terkenal di seantero Sasak. Keberadaannya memberikan rasa aman komuni Sasak.
Deneq Wirabangse ini sendiri lebih awal dibanding Selaparang, atau berdirinya kerajaan Selaparang, yang baru berdiri sekitar tahun 1700an.
Tentu masih banyak informasi yang bisa dieksplorasi terkait hal ini. Untuk jawaban awal kepada Bung Hasan, saya ucapkan selamat mencicipi.

Minggu, 12 Juli 2009

Menolong Anak Sakit Usus Buntu Tidak Jadi di Operasi

Bulan Mei 2008. Jam empat pagi bapakku ditelepon oleh kawannya di Jogja, kawannya itu bilang bahwa sekarang ia sedang di rumah sakit mengantar anaknya yang sakit tiba-tiba. Badannya panas dan mengalami kesakitan yang luar biasa. Di rumah sakit itu, anaknya si om tadi di periksa oleh dokter jaga, dan kemudian dimasukkan dalam unit gawat darurat. Hasil diagnosa dokter mengatakan bahwa anaknya itu mengalami peradangan di usus buntu. Satu-satunya solusi yang terbaik adalah dioperasi untuk pembuangan usus buntu itu.
Mendengar keterangan dokter, si om gemetar juga, kaget. Karena memang tidak terpikirkan sebelumnya. Isterinya di rumah mengurus dua anaknya, adiknya si pasien, yang masih kecil-kecil (4 & 2 th). Setelah menceriterakan keadaan seperti itu kepada bapak, bapak menyuruhku untuk mendeteksi. Dalam pendeteksian itu saya melihat dengan sangat jelas jelas ada peradangan di usus buntu anak tadi. Hanya saja, peradangannya belum sempat menyentuh saraf inti. Pada kondisi seperti itu, saya berpendapan bahwa tidak di buang tidak apa-apa. "Om..tidak perlu operasi...om cari resepnya segera...dan minumkan...insyaallah akan mereda sakitnya..dan sembuh".
Si Oom tadi akhirnya membawa pulang anaknya, dan mengobatinya sendiri. Ternyata...betul juga...setelah ramuan dari resep tadi diminumkan..anaknya terus tidur pulas. Jam sembilan pagi berangsur menurun panasnya..dan anak itu bisa bermain lagi dengan adik-adiknya. Perkembangannya terus saya pantau, baik dengan jarak jauh ataupun dekat...perkembangan hari per hari saya laporkan kepada si om...dan tante...pantangan-pantangan agar dihindari...alhamdulillah...setelah tiga minggu, penyakitnya dapat saya katakan sembuh seratus persen...alhamdulillah..hingga sekarang tidak pernah kumat lagi.
Subhanallah.

Menolong Orang Tidak Jadi Cuci Darah

Sekitar tiga bulan yang lalu, Maret 2009, datang seorang lelaki setengah baya dengan adiknya datang ke rumahku. Dengan wajah sedih dan kelihatan capek ia mengeluh kepadaku, menceriterakan keadaan isterinya yang sedang terkapar sakit di rumah sakit di kota Solo. Wajah kebingungan dan ketakutan begitu tampak jelas, ketika ia bilang bahwa menurut dokter, isterinya harus cuci darah sehubungan dengan sakit ginjal yang dideritanya. Jalan yang paling baik menurut dokter cuci darah.
Kondisi isterinya saat itu, perutnya membesar, nafasnya agak terasa sesak, dan kedua kakinya bengkak besar sekali, dari atas hingga ke bawah. Dia bilang, maaf, seperti kaki gajah. kakinya mengkilat.
Dari rumah, aku mendeteksi keadaan isterinya yang sedang sakit di rumah sakit. Saya lihat bahwa, betul ibu itu ada gangguan di ginjalnya seperti apa yang dikatakan dokter rumah sakit. Ada pembengkakan ginjal dan ada peradangan. Maka, wajar saja kalau dokter menyarankan untuk operasi atau cuci darah. Namun, setelah saya deteksi dan saya komunikasi dengan penyakitnya itu, penyakitnya bilang tidak perlu cuci darah. Tetapi dapat diatasi dengan ramuan tertentu, yang harus dikonsumsi secara rutin.
Setelah melakukan pendeteksian atas penyakit itu, saya cerita kepada suaminya bahwa kondisinya memang ada gangguan di ginjal, sebagaimana diceritakan oleh dokter. Tetapi tidak harus operasi karena dapat digantikan dengan resep tertentu. Tentu saja, untuk pengambilan keputusan itu tergantung pada pasiennya. "pak, berani nggak bapak untuk tidak cuci darah, tetapi menggantinya dengan resep saya?" tanya saya kepada bapak itu. Sejenak bapak itu berfikir. "berani mas...ada beberapa pertimbangan yang membuat saya berani. yang pertama, hasil deteksi anda ternyata sesuai dengan dokter. Kedua, kami juga tidak punya biaya untuk membiayai isteriku...(ia sambil terisak menangis)...sampai anakku saja tidak sekolah mas...kami ini hanya pedagang gorengan yang kecil, mas..saya mohon bantuan dan doanya mas...". jawab bapak itu. sayapun menyarankan agar resep dikonsumsi rutin.
(Anda, pembaca tentu pengin tahu resepnya...? resepnya hanyalah apa yang mudah ditemui di bumbu dapur, tanaman sekitar rumah. Nyaris tanpa biaya. Pengobatan yang murah, meriah, dan asyiknya...bisa bikin sendiri...)
Si bapak tadi akhirnya betul tidak mengijinkan cuci darah, tetapi menggantinya dengan resep tadi. Isterinya diminta pulang paksa dari rumah sakit. Obat dari rumah sakit tidak ditebusnya. Setelah mengkonsumsi resep itu, hingga dua minggu, ia merasa tidak merasakan sakit, dan kondisinya pulih, hanya saja masih ada keluhan di sesak nafas, dan sesekali terasa kembung di perutnya. uga bengkaknya belum berkurang. Bapak ini rajin konsultasi, dan saya juga menjadi rajin memantau.
Minggu ketiga, isteri dan anaknya diajak ke rumahku. Alhamdulillah....bengkaknya sudah hilang..menjadi kondisi kaki normal. Sesak nafasnya masih ada, namun rasa kembung sudah tidak ada lagi. Sebetulnya, dalam kurun dua minggu ke tiga minggu ini, ibu itu ragu dengan pengobatanku itu..sehingga ia ingin check up di rumah sakit yang lain. Di rumah sakit itu, ibu itu juga di suruh cuci darah. Dia cerita kepada saya, pas pada pertemuan pada minggu yang ketiga itu, dia ragu dengan jawaban rumah sakit. Karena, yang dia keluhkan sekarang hanya sesak nafas..kok tetap disuruh cuci darah. Selidik punya selidik..yang dianalisis adalah data dari rumah sakit lama, dan sebab keluarnya yang pulang paksa itu.
Alhamdulillah, setelah sebulann setengah..ibu itu sudah dalam kondisi yang normal, sembuh total.
Subhanalla walhamdulillah wa laa ilahailallah muhammaddarasulullah. laaa haula wa laa quwwata ila bilahil aliyyil adzim. Wallohu'alam bishshowab.

Menyembuhkan orang sakit Maag Kronis

Setahun lalu, datang suami isteri yang mempunyai anak satu berusia 10 tahun. Sang ibu ini dengan wajah pucat pasi duduk dengan sangat lemas di kursi tamuku. tak bertenaga, lemas betul. Aku sangat kasihan. Suaminya menceriterakan keluhannya isterinya itu. Ternyata sakit itu telah dialami selama sepuluh tahun, dimulai saat ngidam waktu hamil anaknya itu. Ia mengaku telah tiga kali keluar masuk rumah sakit. Berkali-kali ke pengobatan alternatif. Bermacam pula cerita yang disampaikan, terutama tentang cara pengobatan yang dilakukan orang-orang yang didatangi.
Ia pertama bertanya padaku, " mas....apakah ada orang yang menyalaghi kami? kalau tidak kenapa sakit isteriku kok tidak kunjung sembuh? beberapa tabib (atau dukun) bilang sumber penyakitnya dari tenung, mas...Pernah suatu saat di suatu tabib..dari perut isteriku keluar rambutnya, pengobatan berikutnya pernah pula keluar paku..pernah juga keluar gabah..yang terakhir keluar silet...tapi kok tidak sembuh. Sakitnya berkurang saat di rumah tabib itu, tapi setelah pulang sakit lagi. Mas...untuk berobat itu, kami sampai menjual tanah warisan..itung-itung selama sepuluh tahun itu habis kira-kira Rp. 120 juta. Padahal kerjaku cuman loper plastik mas...dari pasar ke pasar...sampai aku tidak jenak bekerja, karena ketika mau berangkat isteriku berwajah kesakitan dan memelas. Tetapi kalau aku tidak berangkat kerja..lantas makan apa?"
Aku sangat terenyuh...luar biasa...akhirnya aku deteksi, dan ternyata betul..lambungnya mengalami sariawan dan asam lambungnya tinggi sekali. Terus aku mintakan resepnya, dan dapat. Kondisi sakitnya dan resepnya saya berikan kepadanya, termasuk pelacakan riwayat sakit dan pengobatannya. Saya bilang..tidak pernah ada orang yang mengirim tenung kepada anda. Yang ada hanyalah maag kronis. Resep saya suruh mengkonsumsinya dengan disiplin sampai penyakit itu betul-betul tuntas.
Alhamdulillah..tiga hari kemudian mereka datang lagi menceriterakan bahwa sudah merasa sembuh..indikasinya ia bisa tidur dan untuk makan sudah enakan. Tapi saya bilang belum apa-apa...itu baru 20%. Mereka saya suruh melanjutkan resep tadi. Namun saran saya ini diabaikan. Ia mulai tidak disiplin..ia tidak meneruskan resepnya. Pada hari kelima, atau dua hari berikutnya...ibu itu muntah lagi...justru rasa perih diperutnya terasa lebih perih.. tapi ia tidak bilang kepadaku..cerita itu baru saya peroleh setelah dua minggu dari pertemuanku yang pertama merekla datang lagi ke tempatku, dengan menceriterakan kepadaku. Muntahnya pada hari kelima itu ternyata karena ia mengikuti saran dari tetangga-tetangganya agar memakan daun binahong. Setelah makan daun itu..bukannya tambah sembuh..tapi tambah parah..
Saya kemudian bilang kepada dia...mbak..anda kesini bilang minta tolong carikan obatnya. Saya sudah mencarikannya sebagaimana kemampuanku..tapi anda tidak disiplin sendiri..anda yang melanggarnya sendiri..kan saya bilang belum sembuh..baru 20%..itu juga baru tiga hari...lha wong sakitnya anda saja sudah 10 tahun lebih kok mau minta sembuh dalam tiga hari...ini bagaimana...? kalau anda disiplin dengan resep tadi...saya yakin dalam waktu tiga minggu akan dapat sembuh tuntas. Tapi, tentu kalau anda disiplin. Kalau tidak..ya. jangan menghayalkan bisa sembuh...ingat mbak..yang merasakan sakit itu anda..bukan saya..saya mendoakan anda sembuh..tapi kalau anda nggak mau sembuh...ya..itu salah anda....
Akhirnya, mereka berjanji akan disiplin dengan resep itu. Dan betul...tiga minggu kemudian, hasil deteksi saya menunjukkan kesembuhan 100%. alhamdulillah...pada kedatangan mereka yang terakhir itu, badan si ibu sudah sangat sehat...badannya sudah gemuk.. Alhamdulillah...subhanallah.

Menyembuhkan Orang Sakit Batu Empedu

Saat itu, aku kelas 1 SMP. Datang kepadaku pasangan suami istri yang sudah pensiun. Mengakunya yang pria berusia 65 tahun, dan yang perempuan berusia 62 tahun. Mereka mengeluh sedang sakit di diafragma kiri. Perutnya merasa sebah, dan tenaganya merasa berkurang jauh. Kedatangannya ke rumahku itu setelah 3 hari keluar dari rumah sakit yang telah merawatnya 2 minggu.
Waktu itu beliau hanya mengeluh sakitnya itu, tanpa memberitahu hasil pemeriksaan rumah sakit. Setelah saya melakukan penerawangan atas sakitnya, saya melihat ada keganjilan di empedunya. Jelasnya, sakitnya itu dikarenakan batu empedu. Setelah batu empedu itu saya ajak berkomunikasi, saya diberitahu resepnya dan cara pengobatannya. Kondisi yang ada dan resep kemudian saya sampaikan kepada pasien itu (yang sakit itu yang perempuan).
Setelah mendengar apa yang saya sampaikan, mereka secara saling melengkapi penjelasan, mengatakan bahwa apa yang saya deteksi itu sama dengan diagnosa dokter. Dokter bahkan hendak melakukan operasi, tetapi kadar gula darah ibu itu tinggi. Sehingga tidak jadi operasi. Maka ibu itu meminta pulang paksa dari rumah sakit.
Setelah gula darahnya saya deteksi, terlihat bahwa gula darahnya mencapai angka 360. Langkah yang saya lakukan adalah mengobati batu empedunya dulu dengan resep yang saya sampaikan tadi. Karena ibu ini disiplin seperti apa yang saya sarankan, alhamdulillah dalam waktu 3 minggu sudah dapat dikatakan sembuh. Tapi tetap saya sarankan untuk meneruskan resepnya hingga minggu ke empat. Setelah minggu keempat tadi, baru diabetesnya saya turunkan dengan resep juga, akhirnya dalam waktu dua minggu, kondisi gula darahnya bisa turun menjadi kisaran antara 160-180. Perlahan-lahan ibu itu menjadi segar kembali.
Alhamdulillah, apa yang Allah berikan kepadaku telah dapat meringankan beban penderitaan orang lain. Alhamdulillahhi robbil 'alamin, laa haula wa laa quwwata illa billahil aliyyil adziim.
Subhanallah.