Kami sedang menunggu buku ketujuh kami tentang "Mbah Mutamakin"

Kamis, 16 Juni 2011

Dialog dengan Bung Karno tentan Marheinisme

Marhaenisme
Dilansirnya ideologi Marhaenisme oleh Bung Karno dilatarbelakangi oleh keinginannya untuk menggerakkan massa, terutama massa akar rumput, karena ketika itu massa ini seakan statis, dan kurang responsip dengan keadaan kala itu. Massa seakan tidak tahu apa yang harus diperbuat demi nusa dan bangsanya. Tidak seperti massa priyayi, terutama yang telah berpendidikan, yang telah berkesadaran tinggi serta bergerak mandiri untuk melakukan perjuangan merubah keadaan, dengan tujuan kemerdekaan, dan kesejahteraan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Apa yang dirasakan Bung Karno ketika itu, dirasakan pula oleh pemimpin-pemimpin dan pemuka-pemuka masyarakat. Mereka sama-sama ingin bergerak bersama rakyat, berjuang untuk kemerdekaan, agar kehidupan bangsa meningkat menjadi sejahtera. Puncak perasaan itu tumbuh menguat tatkala ada momentum peringatan hari kebangkitan nasional dan peringatan sumpah pemuda. Dari perenungannya yang dalam untuk menemukan solusi menggerakkan massa rakyat bawah ini, maka Bung Karno akhirnya menemukan jawabannya, yaitu memunculkan ideologi Marhaenisme.
Istilah Marhaenisme ini sendiri diambil dari nama seseorang filosof Eropa Timur, yang bernama Max Marhaen. Pemikiran filosof ini meskipun tidak popular, namun mampu mengilhami lahirnya munculnya gerakan renaissance di Eropa, pada abad pertengahan. Kala itu, Negara-negara di Eropa, terutama Negara-negara yang berkembang, bangkit menuju pencerahan dengan berbasis pemikiran Marhaen itu.

1 komentar:

bayu taufani mengatakan...

yang bener bisa ngomong sama para nabi?? susah di jelaskan menggunakan lagika sih, tapi yang jelas buku anda hebat, pikiran anda melampaui manusia se-usia anda...