Hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah merupakan peristiwa penting yang senantiasa dikenang oleh umat Muslim. Peristiwa itu hingga kini dijadikan tonggak penetapan penanggalan umat Islam. Di balik peristiwa itu, tentunya ada pelajaran yang dapat dipetik dan dipelajari untuk diterapkan dalam kehidupan sekarang ini. Selain dalam urusan sejarah, tata kemasyarakatan, ukhuwah, strategi, dan sebagainya dapat kita teladani dari peristiwa itu. Melanjutkan dialog-dialog sebelumnya yang telah aku lakukan dengan Nabi Muhammad, berikut aku cuplikkan dialog tentang Hijrah tersebut. Nabi, apa alasan di balik peristiwa hijrah Nabi dari Mekkah ke Medinah? Mekkah kala itu kurang kondusif untuk mengembangkan ajaran Islam. Masyarakatnya terlalu acuh dan daya serap tentang kebenaran Islam rendah. Padahal Islam ini tuntunan agung bersumber langsung dari Tuhan yang harus aku sampaikan kepada umat manusia. Untuk menghindari hambatan itu, maka aku berfikir alangkah baiknya jika pindah saja dari Mekkah. Tujuannya adalah agar Islam segera menyebar. Maka kami, aku dan sahabat-sahabatku, memutuskan untuk hijrah ke Madinah. Sebenarnya selain Madinah, ada beberapa tempat yang menjadi pilihan, yaitu Yaman dan Ethiopia. Pada waktu itu pengikut-pengikutku sudah ada di dua daerah itu. Hanya saja, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, seperti jaraknya, anggaran yang digunakan untuk hijrah, jumlah orang yang ikut hijrah dan sebagainya, akhirnya ditetapkan Madinah sebagai tempat tujuan. Nabi, apakah hijrah itu merupakan perintah Tuhan atau hanya keinginan nabi sendiri? Hijrah itu keinginanku sendiri. Alasannya ya karena tadi...Mekkah kurang kondusif...Namun, keiginan itu aku konsultasikan juga dengan Allah SWT. Caranya, kalau menggunakan istilahmu, adalah dengan maneges. Apakah Isra' Mi'raj juga seperti itu? Tidak. Antara Hijrah dan Isra' Mi'raj itu berbeda. Kalau hijrah itu atas dasar keinginanku sendiri, tetapi kalau Isra' Mi'raj itu merupakan suatu ketetapan Tuhan yang wajib aku jalani. Isra' Mi'raj itu rangkaian dari wahyu kenabian. Nabi, dalam riwayat hijrah engkau katanya dikejar oleh penentangmu dan kemudian masuk sebuah gua kemudian ditutupi oleh laba-laba, bagaimana sebenarnya ceritanya? Hijrah ini sebenarnya telah direncanakan semenjak tiga bulan sebelumnya. Para sahabat-sahabat sudah sering berkumpul membahas teknis pelaksanaan hijrah tersebut, mulai dari pemilihan tempat, rombongan yang ikut, pengumpulan anggaran, hingga logistik yang dibawa, serta rute yang dilalui. Juga dibahas tentang siapa yang perlu tinggal di Mekkah untuk membina masyarakat Mekkah yang ditinggalkan. Rencana itu sepertinya telah diketahui oleh penentang-penentangku, maka mereka mencoba menggagalkan. Hijrah kami mulai pada malam hari, kala itu aku berdua dengan Abu Bakar, mengawalinya. Kira-kira kami berangkat jam 10 malam. Ali kami tugasi untuk menjaga rumah dan membina Mekkah. Dalam perjalanan itu kami menggunakan unta. Saat pagi telah tiba, kami merasa ada ketidaknyamanan dalam perjalanan. Perasaanku mengatakan bahwa ada yang hendak menghadang kami. Maka, kami pun beristirahat di pegunungan yang berbatuan. Di sekitar bebatuan itu ada semacam gua kecil, yang berupa sela batu yang tertutup sebagian dengan batu lainnya. Cukup untuk menyembunyikan diri. Unta kami taruh di balik lindungan bebatuan di sekitar itu. Dari kejauhan kami melihat ada rombongan orang-orang yang mencari kami. Kemudian kami putuskan untuk berlindung dalam gua tersebut. Saat itu sudah ada laba-laba yang memulai memintal jaringnya, tetapi masih ada sela yang cukup untuk menyusup masuk. Di mulut gua itu ada batu yang di atasnya juga ada burung merpati yang sedang bersarang. Setelah kami masuk gua itu, tiga jam kemudian orang-orang itu sampai ke tempat kami. Tetapi mereka tidak melihat kami. Aku mendengar pembicaraan mereka, bahwa tidak mungkin orang masuk ke dalam gua itu karena mulut gua itu sudah tertutup oleh jaring laba-laba. Lagi pula, ada burung yang bersarang di mulut gua itu. Rombongan itu kemudian menjauhi kami. Setelah rombongan itu jauh, kami baru keluar dari gua itu dan melanjukan perjalanan menuju Madinah. Apakah nabi sebelumnya sudah pernah ke gua itu? Belum pernah. Kami tiba di sana yang baru sekali itu. Itu juga bukan tempat tujuan. Hanya karena saat itu sampai sana dan merasa ada halangan, maka kami berlindung. Tempat berlindung yang aman menurut kami ya hanya tempat itu, maka kami berlindn di sana. Aku juga tidak mengetahui nama tempat itu. Di sekitar gua itu ada tumbuh pohon yang lumayan besar, masyarakat Arab menyebutnya sebagai pohon Tsur. Maka gua itu kemudian dikenal dengan gua Tsur. Nabi, apakah ada alasan lain kenapa memilih Madinah? Selain alasan di atas, ada beberapa yang menjadi pertimbangan, antara lain: Banyak sahabat-sahabat kami yang tinggal di Madinah. Mereka telah mengetahui rencana kedatangan kami. Umumnya mereka awalnya berdagang di daerah itu, kemudian menetap. Rombongan-rombongan pedagang ini yang menceriterakan di Madinah. Paman-paman kami juga sudah banyak yang tinggal di sana. Selain karena jaraknya dekat, alasan-alasan itu merupakan alasan yang kuat. Nabi, dalam riwayat diceritakan bahwa ketika Nabi sudah sampai di Madinah banyak orang yang menawarkan kepada Nabi agar tinggal di rumah mereka. Karena tawarannya begitu banyak, sehingga nabi susah untuk memutuskan, kemudian nabi bilang bahwa terserah untanya nanti berhenti di mana, di situlah kami akan singgah. Betulkah begitu yaa Nabi? Bukan begitu. Kalau begitu itu namanya syirik. Masak kita sebagai manusia menyerahkan keputusan kepada unta? Unta berhenti di depan rumah Sahal karena sengaja dihentikan. Bukan karena unta mau berhenti di situ. Orangnya yang ingin berhenti di situ. Ada beberapa pertimbangan kenapa memilih tempat itu. Pertama, alasannya tempat itu strategis, dekat pasar, dekat lapangan, dan merupakan pusat kota. Alasan kedua, rumah Sahal itu luas, sangat memungkinkan untuk mengadakan pertemuan dengan orang banyak. Antusiasme penyambutan kedatangan kami sangat tinggi. Pasti mereka menginginkan untuk dapat berjumpa dan mendengarkan cerita-cerita kami. Maka kami putuskan untuk menghentikan unta di rumah Sahal. Memang saat itu aku tidak bilang kalau aku memilih rumah Sahal. Maknailah kata-kata dengan baik, ya.... Iya nabi, maafkan aku. Di Madinah kan Nabi kemudian membangun rumah dan Masjid, kapan itu dilakukan? Mulai dari rumah Sahal rencana itu dimatangkan. Secara bersama-sama kami membangun masjid yang kemudian dinamai Masjid Nabawi. Di samping Masjid itu pula rumahku. Pembangunan itu dimulai dua bulan sejak kedatangan kami di Madinah. Bangunan Masjid Nabawi ketika itu paling besar di Madinah. Dananya diperoleh dari sumbangan dan zakat para umat Muslim di Madinah. Tempat itu kemudian menjadi tempat syiar Islam, yang menyebabkan Islam maju hingga saat ini. Hijrah Nabi ini kan kemudian dijadikan momen penanggalan Islam. Apakah hijrah saat itu memang bertepatan dengan tanggal 1 Muharam? Kenapa yang dipilih adalah penanggalan qomariah, bukan syamsiah? Hijrah itu berlangsung pada akhir Dzulhijah. Setelah itu kan muncul bulan baru, Muharram. Nah, munculnya bulan baru itulah yang kemudian dijadikan momen penanggalan Islam. Waktu itu masyarakat Arab menggunakan penanggalan qomariah, maka Islam juga kemudian menggunakan kebiasaan itu. Nabi, kiranya apa relevansi antara hijrah nabi waktu itu dengan makna masa kini, dan apa pesan nabi terkait dengan tahun baru hijriah ini? Hijrah itu mempunyai kandungan nilai yang masih relevan hingga saat ini. Hijrah merupakan bentuk dari perjuangan penegakan kebenaran, perjuangan pemberdayaan, dan perjuangan perluasan syiar. Hijrah juga merupakan perwujudan dari perjalanan spiritual untuk menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupan. Pesanku, tingkatkan keimanan untuk menghadapi persoalan-persoalan kehidupan. Pesan ini bersifat universal, baik untuk momen Tahun Baru Hijriah maupun Tahun Baru Masehi. Wallohu'alam bish showab. |
BAGAIMANA MENGATASI ANAK KECANDUAN GADGET | Mabuk gadget vs. Bikin Karya
4 tahun yang lalu