Kami sedang menunggu buku ketujuh kami tentang "Mbah Mutamakin"

Sabtu, 27 Desember 2008

Pesan Nabi Muhammad di Tahun Baru Hijrah


Hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah merupakan peristiwa penting yang senantiasa dikenang oleh umat Muslim. Peristiwa itu hingga kini dijadikan tonggak penetapan penanggalan umat Islam. Di balik peristiwa itu, tentunya ada pelajaran yang dapat dipetik dan dipelajari untuk diterapkan dalam kehidupan sekarang ini. Selain dalam urusan sejarah, tata kemasyarakatan, ukhuwah, strategi, dan sebagainya dapat kita teladani dari peristiwa itu.
Melanjutkan dialog-dialog sebelumnya yang telah aku lakukan dengan Nabi Muhammad, berikut aku cuplikkan dialog tentang Hijrah tersebut.

Nabi, apa alasan di balik peristiwa hijrah Nabi dari Mekkah ke Medinah?

Mekkah kala itu kurang kondusif untuk mengembangkan ajaran Islam. Masyarakatnya terlalu acuh dan daya serap tentang kebenaran Islam rendah. Padahal Islam ini tuntunan agung bersumber langsung dari Tuhan yang harus aku sampaikan kepada umat manusia. Untuk menghindari hambatan itu, maka aku berfikir alangkah baiknya jika pindah saja dari Mekkah. Tujuannya adalah agar Islam segera menyebar. Maka kami, aku dan sahabat-sahabatku, memutuskan untuk hijrah ke Madinah. Sebenarnya selain Madinah, ada beberapa tempat yang menjadi pilihan, yaitu Yaman dan Ethiopia. Pada waktu itu pengikut-pengikutku sudah ada di dua daerah itu. Hanya saja, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, seperti jaraknya, anggaran yang digunakan untuk hijrah, jumlah orang yang ikut hijrah dan sebagainya, akhirnya ditetapkan Madinah sebagai tempat tujuan.

Nabi, apakah hijrah itu merupakan perintah Tuhan atau hanya keinginan nabi sendiri?

Hijrah itu keinginanku sendiri. Alasannya ya karena tadi...Mekkah kurang kondusif...Namun, keiginan itu aku konsultasikan juga dengan Allah SWT. Caranya, kalau menggunakan istilahmu, adalah dengan maneges.

Apakah Isra' Mi'raj juga seperti itu?

Tidak. Antara Hijrah dan Isra' Mi'raj itu berbeda. Kalau hijrah itu atas dasar keinginanku sendiri, tetapi kalau Isra' Mi'raj itu merupakan suatu ketetapan Tuhan yang wajib aku jalani. Isra' Mi'raj itu rangkaian dari wahyu kenabian.

Nabi, dalam riwayat hijrah engkau katanya dikejar oleh penentangmu dan kemudian masuk sebuah gua kemudian ditutupi oleh laba-laba, bagaimana sebenarnya ceritanya?

Hijrah ini sebenarnya telah direncanakan semenjak tiga bulan sebelumnya. Para sahabat-sahabat sudah sering berkumpul membahas teknis pelaksanaan hijrah tersebut, mulai dari pemilihan tempat, rombongan yang ikut, pengumpulan anggaran, hingga logistik yang dibawa, serta rute yang dilalui. Juga dibahas tentang siapa yang perlu tinggal di Mekkah untuk membina masyarakat Mekkah yang ditinggalkan. Rencana itu sepertinya telah diketahui oleh penentang-penentangku, maka mereka mencoba menggagalkan.
Hijrah kami mulai pada malam hari, kala itu aku berdua dengan Abu Bakar, mengawalinya. Kira-kira kami berangkat jam 10 malam. Ali kami tugasi untuk menjaga rumah dan membina Mekkah. Dalam perjalanan itu kami menggunakan unta. Saat pagi telah tiba, kami merasa ada ketidaknyamanan dalam perjalanan. Perasaanku mengatakan bahwa ada yang hendak menghadang kami. Maka, kami pun beristirahat di pegunungan yang berbatuan. Di sekitar bebatuan itu ada semacam gua kecil, yang berupa sela batu yang tertutup sebagian dengan batu lainnya. Cukup untuk menyembunyikan diri. Unta kami taruh di balik lindungan bebatuan di sekitar itu. Dari kejauhan kami melihat ada rombongan orang-orang yang mencari kami. Kemudian kami putuskan untuk berlindung dalam gua tersebut. Saat itu sudah ada laba-laba yang memulai memintal jaringnya, tetapi masih ada sela yang cukup untuk menyusup masuk. Di mulut gua itu ada batu yang di atasnya juga ada burung merpati yang sedang bersarang. Setelah kami masuk gua itu, tiga jam kemudian orang-orang itu sampai ke tempat kami. Tetapi mereka tidak melihat kami. Aku mendengar pembicaraan mereka, bahwa tidak mungkin orang masuk ke dalam gua itu karena mulut gua itu sudah tertutup oleh jaring laba-laba. Lagi pula, ada burung yang bersarang di mulut gua itu. Rombongan itu kemudian menjauhi kami. Setelah rombongan itu jauh, kami baru keluar dari gua itu dan melanjukan perjalanan menuju Madinah.

Apakah nabi sebelumnya sudah pernah ke gua itu?

Belum pernah. Kami tiba di sana yang baru sekali itu. Itu juga bukan tempat tujuan. Hanya karena saat itu sampai sana dan merasa ada halangan, maka kami berlindung. Tempat berlindung yang aman menurut kami ya hanya tempat itu, maka kami berlindn di sana. Aku juga tidak mengetahui nama tempat itu. Di sekitar gua itu ada tumbuh pohon yang lumayan besar, masyarakat Arab menyebutnya sebagai pohon Tsur. Maka gua itu kemudian dikenal dengan gua Tsur.

Nabi, apakah ada alasan lain kenapa memilih Madinah?

Selain alasan di atas, ada beberapa yang menjadi pertimbangan, antara lain: Banyak sahabat-sahabat kami yang tinggal di Madinah. Mereka telah mengetahui rencana kedatangan kami. Umumnya mereka awalnya berdagang di daerah itu, kemudian menetap. Rombongan-rombongan pedagang ini yang menceriterakan di Madinah. Paman-paman kami juga sudah banyak yang tinggal di sana. Selain karena jaraknya dekat, alasan-alasan itu merupakan alasan yang kuat.

Nabi, dalam riwayat diceritakan bahwa ketika Nabi sudah sampai di Madinah banyak orang yang menawarkan kepada Nabi agar tinggal di rumah mereka. Karena tawarannya begitu banyak, sehingga nabi susah untuk memutuskan, kemudian nabi bilang bahwa terserah untanya nanti berhenti di mana, di situlah kami akan singgah. Betulkah begitu yaa Nabi?

Bukan begitu. Kalau begitu itu namanya syirik. Masak kita sebagai manusia menyerahkan keputusan kepada unta? Unta berhenti di depan rumah Sahal karena sengaja dihentikan. Bukan karena unta mau berhenti di situ. Orangnya yang ingin berhenti di situ. Ada beberapa pertimbangan kenapa memilih tempat itu. Pertama, alasannya tempat itu strategis, dekat pasar, dekat lapangan, dan merupakan pusat kota. Alasan kedua, rumah Sahal itu luas, sangat memungkinkan untuk mengadakan pertemuan dengan orang banyak. Antusiasme penyambutan kedatangan kami sangat tinggi. Pasti mereka menginginkan untuk dapat berjumpa dan mendengarkan cerita-cerita kami. Maka kami putuskan untuk menghentikan unta di rumah Sahal. Memang saat itu aku tidak bilang kalau aku memilih rumah Sahal. Maknailah kata-kata dengan baik, ya....

Iya nabi, maafkan aku. Di Madinah kan Nabi kemudian membangun rumah dan Masjid, kapan itu dilakukan?

Mulai dari rumah Sahal rencana itu dimatangkan. Secara bersama-sama kami membangun masjid yang kemudian dinamai Masjid Nabawi. Di samping Masjid itu pula rumahku. Pembangunan itu dimulai dua bulan sejak kedatangan kami di Madinah. Bangunan Masjid Nabawi ketika itu paling besar di Madinah. Dananya diperoleh dari sumbangan dan zakat para umat Muslim di Madinah. Tempat itu kemudian menjadi tempat syiar Islam, yang menyebabkan Islam maju hingga saat ini.

Hijrah Nabi ini kan kemudian dijadikan momen penanggalan Islam. Apakah hijrah saat itu memang bertepatan dengan tanggal 1 Muharam? Kenapa yang dipilih adalah penanggalan qomariah, bukan syamsiah?

Hijrah itu berlangsung pada akhir Dzulhijah. Setelah itu kan muncul bulan baru, Muharram. Nah, munculnya bulan baru itulah yang kemudian dijadikan momen penanggalan Islam. Waktu itu masyarakat Arab menggunakan penanggalan qomariah, maka Islam juga kemudian menggunakan kebiasaan itu.

Nabi, kiranya apa relevansi antara hijrah nabi waktu itu dengan makna masa kini, dan apa pesan nabi terkait dengan tahun baru hijriah ini?

Hijrah itu mempunyai kandungan nilai yang masih relevan hingga saat ini. Hijrah merupakan bentuk dari perjuangan penegakan kebenaran, perjuangan pemberdayaan, dan perjuangan perluasan syiar. Hijrah juga merupakan perwujudan dari perjalanan spiritual untuk menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupan. Pesanku, tingkatkan keimanan untuk menghadapi persoalan-persoalan kehidupan. Pesan ini bersifat universal, baik untuk momen Tahun Baru Hijriah maupun Tahun Baru Masehi.


Wallohu'alam bish showab.

Sabtu, 13 Desember 2008

DUNIA KEILMUAN JIN

Dunia pemikiran atau dunia keilmuan dalam alam jin relatif tidak berkembang jika dibandingkan dengan dunia pemikiran yang ada di alam manusia. Pada kehidupan manusia pemikiran demikian maju. Hampir semua obyek mempunyai keilmuannya sendiri yang senantiasa berkembang. Ini disebabkan oleh karakter kecerdasan jin dan manusia yang berbeda. Manusia diberikan oleh Tuhan kecerdasan yang lebih tinggi dibanding kecerdasan jin.
Jin pada dasarnya makhluk yang tergolong kurang cerdas. Ia tidak mampu untuk berfikir banyak, sehingga tidak ada teknologi, seperti terma teknologi dalam kehidupan manusia, yang mampu dihasilkan oleh jin. Kehidupannya monoton dari semenjak jin diciptakan hingga waktu sekarang ini. Tidak ada perubahan pola kehidupan yang berarti. Maka, pantas saja jika dikatakan bahwa jin adalah makhluk yang lemah jika dibandingkan dengan manusia. Hanya saja, karakter jin yang tidak dimiliki oleh manusia, dan kebanyakan manusia ingin memiliki karakter yang dipunyai oleh jin, seperti terbang, dapat bergerak dengan sangat cepat, ini kemudian menyebabkan manusia menjadi terbalik menganggap jin lebih unggul dibanding dirinya.Jin umumnya mengakui bahwa manusia lebih hebat dibanding dirinya, maka banyak jin yang sangat senang untuk "nyuwita" kepada manusia. Jin banyak yang ingin mengabdi kepada manusia, terutama manusia-manusia yang dianggapnya mumpuni, misalnya para kiai. Para kiai ini banyak yang menjadi idola para jin, selain karena ilmu keagamaannya yang tinggi, praktik keagamaannya juga tinggi. Ditambah lagi mereka mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan jin. Jin yang berhasil nyuwita kepada orang yang menjadi idolanya ini, maka di alamnya, prestige jin akan meningkat. Ia akan menjadi jin yang lebih dihormati, karena dianggap telah mempunyai keilmuan yang lebih tinggi, pengalaman lain di luar dunianya, serta mempunyai banyak bekal untuk kelak dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Gambaran peningkatan prestige jin dapat diibaratkan dengan seorang tenaga kerja Indonesia yang telah pulang dari negara maju (misalnya: Amerika, Jepang, Eropa, Arab, dan sebagainya) yang tergolong berhasil. Ketika kembali ke kampung halamannya akan menjadi orang yang lebih terhormat, karena dianggap mempunyai pengalaman hidup di negeri lain, dipandang pengetahuannya juga meningkat, mempunyai kemampuan berbahasa negeri lain, mengalami peningkatan bekal hidup yang lebih baik, dan sebagainya, sehingga biasanya ketika pulang ke kampungnya ia mendapat sambutan yang membanggakan, dan meningkatkan kehormatannya.

KEMASYARAKATAN JIN

Kehidupan jin hampir sama dengan kehidupan manusia. Jin umumnya beranak- pinak, meskipun ada juga yang tidak beranak-pinak. Namun ada perbedaan yang mendasar, jin tidak mengalami kematian layaknya manusia. Jin juga tidak mengalami sakit dari penyakit yang kebanyakan diderita manusia, seperti pilek, darah tinggi, stroke, kanker, ataupun penyakit lainnya. Sakit yang dialami jin adalah sakit akibat powernya melemah, kebanyakan disebabkan oleh hantaman doa atau ruqyah dari manusia. Doa-doa ini akan menguras power jin sehingga menjadi tak berdaya. Bukan sakit karena penyakit. Satu hal lagi yang membedakan, jin yang telah berusia tua dapat memperbarui penampilannya untuk menjadi muda kembali, baik penampilannya maupun powernya. Ini yang tidak dimiliki oleh manusia. Tentang hal itu, semua jin, baik jin Islam, jin setengah tobat, atau jin kafir, ketiganya dapat melakukan hal yang sama.
Jin mempunyai bentuk yang beragam, tergantung pada suku dari jin tersebut. Masing-masing suku jin mempunyai ciri phisik yang berbeda. Ada suku jin bertanduk, suku berwajah kerbau, suku badan binatang wajah manusia, suku wajah binatang badan manusia, suku jin bermata tiga, suku seperti manusia bertaring, suku seperti manusia biasa, juga ada suku-suku yang lain. Meskipun suku jin beragam, namun mereka saling akrab, saling toleran, tidak ada yang merendahkan martabat jin yang lain. Mereka hidup dalam keharmonisan, tidak ada celaan kepada yang lain, tidak ada protes terhadap sesama jin. Kehidupan jin betul-betul liberal. Dengan kata lain, kehidupan jin sama gambarannya dengan yang dicita-citakan oleh paham kapitalisme dalam pemikiran ekonomi.
Fisik jin yang berbeda dengan manusia sangat mudah untuk dikenali. Tetapi untuk jin yang fisiknya seperti manusia biasa, perlu kecermatan untuk dapat membedakan apakah itu manusia ataukah jin. Kecermatan itu mutlak diperlukan terutama untuk membedakan antara jin dengan arwah manusia di alam gaib. Apabila kita tidak berhati-hati, maka akan mudah bagi jin untuk mengecoh. Karena jin, terutama jin bukan Islam, sangat suka untuk mengecoh manusia. Mengecoh menjadi kegemaran jin karena dapat meningkatkan prestige jin di dunia jin itu sendiri.
Satu hal yang sangat jelas dikenali untuk membedakan antara jin dan arwah manusia adalah terletak pada auranya. Aura jin berwarna kuning, sementara aura manusia berwarna netral bening. Bagi jin yang tingkat muslihatnya tinggi, auranya dapat dibeningkan sehingga warna kuningnya menjadi samar-samar. Untuk mengatasinya, dapat dibacakan ayat-ayat suci yang ada dalam Al Qur'an atau Nur Allah dan dihantamkan kepada objek tersebut. Jika itu jin, selain warna auranya akan menjadi jelas, powernya pun akan menjadi melemah, dan biasanya akan lari. Tetapi jika itu adalah manusia, ia akan tetap berada di situ dengan tidak goyah sedikitpun, tidak ada power yang hilang, dan semakin jelas kemanusiaanya.
Meskipun suku jin berbeda-beda, namun jin suka hidup berkelompok-kelompok, dan tiap-tiap kelompok dapat saja terdiri dari berbagai suku jin. Ada juga kelompok jin yang terdiri hanya satu suku jin saja, meskipun ini jumlahnya relatif sedikit dibanding jumlah kelompok jin yang terdiri dari berbagai suku jin. Di dalam kelompok jin ada ketua kelompok jin, yang dapat diibaratkan sebagai kapten tim sepak bola. Ia tidak bertugas sebagai pemerintah, tetapi hanya bertugas sebagai penyelaras gerakan aktivitas jin. Kerjasama jin dalam kehidupannya sangat kompak, baik antar sesama jin ataupun antar sesama kelompok jin. Mereka saling bahu-membahu untuk bantu-membantu antara jin yang satu dengan jin yang lain, terutama jika jin mengalami gangguan dari manusia. Keadaan jin yang mengelompok, kompak, saling membantu ini sering dikatakan oleh orang-orang yang pernah bersinggungan dengan dunia jin sebagai kerajaan jin.
Pada dasarnya, kehidupan jin saat ini tidak cocok disebut sebagai kerajaan, karena dalam kehidupan jin tidak berlaku pemerintahan. Tidak ada jin raja ataupun jin rakyat, yang ada hanyalah sesama jin yang berada pada status yang sama. Meskipun dalam dunia jin sendiri dapat digolongkan sebagai jin berpower tinggi, jin berpower sedang, ataupun jin berpower rendah. Hanya saja tidak berlaku juga kehidupan jin yang berpower tinggi menguasai jin yang berpower rendah. Tidak seperti kehidupan manusia yang cenderung seperti itu. Dunia pemerintahan jin telah runtuh. Pada jaman dahulu, memang masyarakat jin terbelah menjadi dua kerajaan besar, yaitu kerajaan jin buruk dan kerajaan jin baik. Ketika terbelah ke dalam dua sistem pemerintahan seperti itu, ternyata terjadi banyak intoleransi, sentimen antar kelompok sangat tinggi, sehingga kehidupan kemasyarakatan jin dan aktivitas jin banyak terganggu, dan itu tidak menguntungkan bagi kehidupan jin secara keseluruhan. Maka, pada sekitar seribuan tahun yang lampau, para jin sepakat untuk merombak sistem kehidupannya dengan cara meniadakan sistem pemerintahan, dan mengganti sistem liberal murni, dan itu yang dipraktekkan hingga kini. Dengan berlakunya sistem ini ternyata kehidupan jin menjadi lebih kompak dan lebih harmonis.

Jumat, 12 Desember 2008

REALITAS PENCIPTAAN ALAM, Tandingan Teori Big Bang

Kalau kita bicara tentang bagaimana awalnya jagat raya ini terbentuk, maka kita pasti dihadapkan pada teori Big Bang, yang selama ini disinyalir paling dapat menjelaskan. Meskipun dalam teori Big Bang itu ada pula kejanggalan-kejanggalan alasan dan logikanya.
Melalui pengalaman spiritualku, aku mendapatkan penjelasan tentang penciptaan jagad raya ini sebagai berikut:
Tuhan menciptakan alam ini hanya dalam waktu yang sangat singkat. Enam masa yang anda ketahui dalam al Qur’an itu merupakan tahapan perkembangan alam ini. Tahap pertama adalah tahapan bibit alam. Tuhan menciptakan alam semesta ini dimulai dari bibit-bibit alam yang ditanamkan. Bibit-bibit alam ini laksana mutiara yang sangat bening yang tersebar di ruang angkasa. Ruang angkasa ini yang kita ketahui sebagai alam dua. Di antara bibit-bibit alam itu ada induknya, yaitu yang paling besar berpusat di tengah antariksa. Itu yang menjadi inti bibit alam. Masing-masing kristal bibit alam itu mempunyai perilaku serupa yaitu mampu mengeluarkan kabut dari dalamnya, dan setiap kabut yang keluar itu membentuk bongkahan kristal baru. Perilaku gerakan seluruh bibit alam itu sama, termasuk arah gerakannya. Bibit alam itu berperilaku demikian setelah Allah memasukkan ayat-ayat kunci dan Nur Allah ke dalam inti bibit-bibit alam itu. Ketika ayat-ayat kunci dan Nur Allah itu memasuki inti bibit-bibit alam itu, maka kemudian tercipta energi panas yang kemudian memunculkan gaya yang mampu menggerakkan. Bentuk pertama yang keluar dari inti bibit-bibit alam itu adalah kabut. Energi yang ditimbulkan oleh gabungan antara ayat-ayat kunci dan Nur Allah itu sangat besar, sehingga menggerakkan gaya memutar. Kabut-kabut yang dikeluarkan oleh bibit-bibit alam ini merangkum materi-materi yang terlontar dari bibit-bibit alam itu menjadi gugusan-gugusan bintang yang kamu kenal sebagai galaksi. Galaksi-galaksi di alam dua itu banyak sekali. Di sisi luar atau batas terpinggir dari alam dua juga terdapat galaksi. Galaksi-galaksi yang ada pada posisi terluar dari langit dua itu adalah galaksi yang paling awal terbentuk.
Galaksi-galaksi awal ini mempunyai energi yang tinggi sekali. Energinya ini berkaitan pula dengan gravitasi langit ketiga, yang itu menyebabkan munculnya, apa yang kita sebut sebagai, black hole. Jadi, black hole itu adalah gravitasi langit ketiga.
Cahaya-cahaya yang berasal dari bintang-bintang sehingga kita bisa melihat keindahan alam ini, itu adalah nur Allah. Tahapan ini adalah tahapan ke satu dan kedua dari enam masa itu. Tahapan satu dan dua ini merupakan satu rangkuman.

Lalu, tahapan masa berikutnya seperti apa?

Tahapan masa ke tiga dan ke empat juga merupakan satu rangkuman. Pada tahapan masa itu, terjadi pemadatan materi-materi yang berasal dari kabut yang kemudian menjadi benda-benda langit. Pemadatan terjadi karena adanya perputaran gaya yang sangat cepat, dan adanya energi panas. Proses pemadatan ini yang memunculkan planet-planet hingga mempunyai bentuk gunung, jurang, lautan, air, angin, dan sebagainya.
Masa ke lima dan enam merupakan tahapan masa makhluk hidup. Artinya, pada tahapan ini makhluk-makhluk hidup seperti binatang, tumbuhan, manusia, mulai terbentuk.
Pada galaksi-galaksi awal telah ditiupkan makhluk hidup, terutama malaikat. Malaikat-malaikat ini bertugas menjaga alam yang baru diciptakan itu.
(Penjelasan lebih lengkap saya tulis di buku keduaku)