Kami sedang menunggu buku ketujuh kami tentang "Mbah Mutamakin"

Minggu, 12 Juli 2009

Menolong Orang Tidak Jadi Cuci Darah

Sekitar tiga bulan yang lalu, Maret 2009, datang seorang lelaki setengah baya dengan adiknya datang ke rumahku. Dengan wajah sedih dan kelihatan capek ia mengeluh kepadaku, menceriterakan keadaan isterinya yang sedang terkapar sakit di rumah sakit di kota Solo. Wajah kebingungan dan ketakutan begitu tampak jelas, ketika ia bilang bahwa menurut dokter, isterinya harus cuci darah sehubungan dengan sakit ginjal yang dideritanya. Jalan yang paling baik menurut dokter cuci darah.
Kondisi isterinya saat itu, perutnya membesar, nafasnya agak terasa sesak, dan kedua kakinya bengkak besar sekali, dari atas hingga ke bawah. Dia bilang, maaf, seperti kaki gajah. kakinya mengkilat.
Dari rumah, aku mendeteksi keadaan isterinya yang sedang sakit di rumah sakit. Saya lihat bahwa, betul ibu itu ada gangguan di ginjalnya seperti apa yang dikatakan dokter rumah sakit. Ada pembengkakan ginjal dan ada peradangan. Maka, wajar saja kalau dokter menyarankan untuk operasi atau cuci darah. Namun, setelah saya deteksi dan saya komunikasi dengan penyakitnya itu, penyakitnya bilang tidak perlu cuci darah. Tetapi dapat diatasi dengan ramuan tertentu, yang harus dikonsumsi secara rutin.
Setelah melakukan pendeteksian atas penyakit itu, saya cerita kepada suaminya bahwa kondisinya memang ada gangguan di ginjal, sebagaimana diceritakan oleh dokter. Tetapi tidak harus operasi karena dapat digantikan dengan resep tertentu. Tentu saja, untuk pengambilan keputusan itu tergantung pada pasiennya. "pak, berani nggak bapak untuk tidak cuci darah, tetapi menggantinya dengan resep saya?" tanya saya kepada bapak itu. Sejenak bapak itu berfikir. "berani mas...ada beberapa pertimbangan yang membuat saya berani. yang pertama, hasil deteksi anda ternyata sesuai dengan dokter. Kedua, kami juga tidak punya biaya untuk membiayai isteriku...(ia sambil terisak menangis)...sampai anakku saja tidak sekolah mas...kami ini hanya pedagang gorengan yang kecil, mas..saya mohon bantuan dan doanya mas...". jawab bapak itu. sayapun menyarankan agar resep dikonsumsi rutin.
(Anda, pembaca tentu pengin tahu resepnya...? resepnya hanyalah apa yang mudah ditemui di bumbu dapur, tanaman sekitar rumah. Nyaris tanpa biaya. Pengobatan yang murah, meriah, dan asyiknya...bisa bikin sendiri...)
Si bapak tadi akhirnya betul tidak mengijinkan cuci darah, tetapi menggantinya dengan resep tadi. Isterinya diminta pulang paksa dari rumah sakit. Obat dari rumah sakit tidak ditebusnya. Setelah mengkonsumsi resep itu, hingga dua minggu, ia merasa tidak merasakan sakit, dan kondisinya pulih, hanya saja masih ada keluhan di sesak nafas, dan sesekali terasa kembung di perutnya. uga bengkaknya belum berkurang. Bapak ini rajin konsultasi, dan saya juga menjadi rajin memantau.
Minggu ketiga, isteri dan anaknya diajak ke rumahku. Alhamdulillah....bengkaknya sudah hilang..menjadi kondisi kaki normal. Sesak nafasnya masih ada, namun rasa kembung sudah tidak ada lagi. Sebetulnya, dalam kurun dua minggu ke tiga minggu ini, ibu itu ragu dengan pengobatanku itu..sehingga ia ingin check up di rumah sakit yang lain. Di rumah sakit itu, ibu itu juga di suruh cuci darah. Dia cerita kepada saya, pas pada pertemuan pada minggu yang ketiga itu, dia ragu dengan jawaban rumah sakit. Karena, yang dia keluhkan sekarang hanya sesak nafas..kok tetap disuruh cuci darah. Selidik punya selidik..yang dianalisis adalah data dari rumah sakit lama, dan sebab keluarnya yang pulang paksa itu.
Alhamdulillah, setelah sebulann setengah..ibu itu sudah dalam kondisi yang normal, sembuh total.
Subhanalla walhamdulillah wa laa ilahailallah muhammaddarasulullah. laaa haula wa laa quwwata ila bilahil aliyyil adzim. Wallohu'alam bishshowab.

Tidak ada komentar: